Saturday

Dream(s)



Like a soap bubble we blow
It's a rainbow carriage glow

Wearing a tiny translucent coat
To wide sky they float

Far, far away from clutch
Then, pop! Burst by a touch


Friday

The End is the Beginning of the End



Hei, pertunjukan sudah berakhir
Saatnya melangkah keluar untuk pertunjukan lain

Diam di tempat ketika pertunjukan berakhir adalah kesendirian dalam kesunyian
Tertinggalkan oleh semua yang berjalan 

(terutama oleh sang waktu yang tak pernah mau menunggu)


Sunday

Deklarasi Nyali


Sebab pasti ada badai yang menghadang di setiap jalan,
sebab termenung diam pun badai tetap datang,
sebab menghindari badai ialah menjauh dari tujuan, 
sebab badai pasti berlalu--dan semua menjadi tenang, 
                                                                                         
                                           maka;

"Hari ini kuberjanji 
di atas karang dan ombak
 kutatap datangnya esok 
tersenyum menanti badai"*

*lagu Pohon Bakau - KMW (Kelompok Musik Wanadri)


Saturday

(It's a) Good Bye...


Ketika memang sudah tak sejalan, 
biarlah bersama-sama sampai di persimpangan.

Wednesday

Petrichor


Kadang dalam perjalanan turun hujan.

Mungkin waktunya istirahat sejenak lepaskan penat.
Hujan bisa menjadi mesin waktu, sebab dalam hujan ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu*.
Sedikit menghela napas, mengambil energi masa silam, menatap ke depan, bersiap untuk meneruskan perjalanan.

Ya, berhenti melangkahkan kaki sampai hujan berhenti, menghirup petrichor, kemudian melangkah lagi...



(*kesimpulan tanpa bukti ilmiah ilmuwan, tentang mengapa hujan bisa membuat orang-orang mengingat masa lalu)

Monday

Pada Pagi Ini...

Rainy bandung, Ini adalah ilustrasi buat tulisan di http://cingkantabur.wordpress.com/2010/08/12/pada-pagi-ini/
Maka pada pagi ini ia ingin sekali menangis
--sambil berjalan tunduk sepanjang trotoar Kota Kembang.
Ia ingin sekali pagi ini turun hujan gerimis, 
dan sesekali ia menengadah biar titik-titik hujan dari sela Ki Hujan pinggir jalan mengusap-usap wajahnya.

Ia ingin jalanan lengang, dan  ia bisa berjalan sendirian
--sambil menangis dan tak ada yang bertanya-tanya.
Ia tidak ingin berteriak, mencaci-maki, memukul batang pohon, berlari, atau ingin mati.
Ia hanya ingin menangis lirih
--sambil berjalan sendirian di tengah rintik hujan
--pagi ini, di trotoar Kota Kembang.


- Bukit Tambang Arang, Kamis 120810 -



(tulisan ini modifikasi dari puisi Sapardi Djoko Damono, "Pada Suatu Pagi Hari")